Pages

www.anggacafla.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 08 Mei 2014 1 komentar

DATA PROCESSING DAN TEKNOLOGI INFORMASI


Dilihat dari kacamata operasional, pemakaian perangkat komputer (hardware dan software) pada sebuah
perusahaan terlihat tidak begitu berbeda dibandingkan dengan utilisasinya di perusahaan-perusahaan lain di
dunia. Namun jika ditinjau secara lebih mendalam, terutama jika dianalisa dari kacamata strategis, terdapat
perbedaan yang sangat mendasar. Untuk mempermudah memahami perbedaan ini, jalan yang tersingkat
adalah menanyakannya langsung pada jajaran direksi perusahaan. Michael J. Earl membagi perbedaan
pandangan manajemen puncak perusahaan terhadap peranan perangkat komputer dan komponenkomponennya
menjadi dua paradigma besar, sejalan dengan era perkembangan teknologi yang telah ada:
paradigma data processing dan paradigma teknologi informasi (Earl, 1989). Setidak-tidaknya menurut yang
bersangkutan, ada sembilan aspek yang secara jelas membedakan keduanya karena sifatnya yang bertolak
belakang. Kesembilan aspek itu masing-masing adalah:

􀂄 Perspektif dari Segi Keuangan
􀂄 Relasi terhadap Bisnis Utama Perusahaan
􀂄 Orientasi dari Pengembangan Aplikasi
􀂄 Hubungan dengan Faktor Ekonomi
􀂄 Dampak Sosial
􀂄 Pola Pikir Praktisi Sistem Informasi Manajemen
􀂄 Pertimbangan Para Stakeholders
􀂄 Ruang Lingkup Teknologi
􀂄 Pola Kerja Manajemen

PERSPEKTIF DARI SEGI KEUANGAN

Dilihat dari kacamata data processing, komputer dan segala perlengkapannya merupakan komponen biaya
overhead perusahaan yang harus selalu dikeluarkan per periode tertentu. Hal ini dapat dimengerti melihat
pada awalnya komputer bertugas menggantikan proses-proses perhitungan dan pengelolaan data secara
manual menjadi otomatis. Tentu saja dalam proses pengolahan data tersebut selain diperlukan perangkat
teknologi, terdapat pula biaya-biaya lain yang berhubungan dengannya, seperti kertas, tinta printer, listrik,
telpon, reparasi, dan lain sebagainya. Perusahaan bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk keperluan
tersebut agar terciptanya proses kerja yang lebih efisien, dalam arti kata adanya aktivitas pengolahan data
yang lebih cepat dan akurat, dan tentu saja dengan biaya murah. Singkatnya, komputer dianggap sebagai
sebuah cost center. Singkatnya, seperti halnya cost center yang lain, perusahaan akan selalu berusaha untuk
meningkatkan kontrol yang ketat terhadap penggunaan biaya bagi komputer ini. Semakin sedikit biaya
yang dikeluarkan semakin baik. Jika harga komputer “jangkrik” dan software “bajakan” jauh lebih murah
daripada komputer bermerek dan software asli, mengapa harus pusing-pusing membeli yang mahal? (begitu
kurang lebih salah satu pemikiran pimpinan perusahaan). Sementara dilihat dari kacamata teknologi
informasi, pemakaian komputer dalam perusahaan tidak hanya sekedar untuk mengefisiensikan proses
kerja, namun lebih jauh dari itu. Kenyataan dan prediksi di masa depan memperlihatkan bahwa penggunaan
komputer secara tepat akan memiliki fungsi yang sama strategisnya dengan pengelolaan sumber daya
manusia dengan keahlian dan kompetensi tertentu.
Untuk menuju ke hal itu manajemen harus merubah pola berpikirnya dengan melihat perangkat komputer
dan implementasinya sebagai sebuah program investasi. Dengan kata lain, telah ada pergeseran fungsi
komputer dan telekomunikasi (teknologi informasi) dari sebuah entiti cost center menjadi profit center.
Seperti layaknya investasi di sektor-sektor lain, tentu saja perusahaan akan mengukur kinerjanya melalui
ukuran return on investment (ROI). Dalam hal ini, teknologi komputer pada suatu titik waktu nanti harus
dapat secara langsung dan tangible memberikan kontribusi sejumlah revenue tertentu kepada perusahaan.
Ambil contoh sebuah perusahaan jasa telekomunikasi yang melakukan investasi besar untuk membangun
sistem database pelanggan. Targetnya adalah selain untuk mendukung kebutuhan internal, pada saatnya
nanti, informasi pelanggan ini dapat dipergunakan pula oleh rekanan bisnisnya, dan tentu saja dengan
membayar sejumlah harga tertentu. Contoh lain adalah sebuah perusahaan distribusi yang membangun
Sistem informasi penjualan dimana data transaksi detil yang dikumpulkan dan telah diolah sedemikian rupa
dapat dijual kepada principal, yang tentu saja akan jauh lebih murah dibandingkan harus menyelenggarakan
program riset pasar (marketing research).
DISTINCTOR DATA PROCESSING ERA INFORMATION TECHNOLOGY ERA

Financial Attitude A Cost An Investment
Business Role Mostly Support Often Critical
Application Orientation Tactical Strategic
Economic Context Neutral Welcoming
Social Impact Limited Pervasive
MIS Thinking Traditional New
Stakeholders Concerns Few Many
Technologies Involved Computing Multiple
Management Posture Delegate Abrogate Leadership Involvement
Sumber: Michael Earl et.al.,1989

RELASI TERHADAP BISNIS UTAMA PERUSAHAAN
Pada format data processing, perusahaan melihat bahwa penggunaan komputer adalah untuk mendukung
proses utama dalam bisnis, tidak lebih daripada itu. Yang dianggap sebagai proses utama adalah proses
penciptaan produk dan jasa dari materi atau bahan mentah menjadi sesuatu yang dapat dijual dan
ditawarkan kepada masyarakat. Komputer tidak lebih pada sebuah komponen administratif untuk
membantu proses-proses back-office belaka. Karena sifatnya yang hanya sebagai penunjang, maka
keberadaan komputer pada perusahaan ini tidaklah mutlak. Seorang praktisi manajemen mengatakan bahwa
jika pada suatu hari seluruh komputer yang ada di perusahaan mendadak tidak berfungsi, namun
perusahaan tidak kelabakan, hal tersebut memberi arti bahwa komputer hanya dipergunakan sebagai alat
penunjang semata. Di lain pihak, pada format teknologi informasi, fungsi komputer amatlah kritis. Artinya,
ketidakberadaan fungsi komputer akan sangat mengganggu aktivitas operasional perusahaan. Dengan kata
lain, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam penciptaan produk dan/atau pelayanan seandainya
komputer yang dimiliki tidak bekerja. Bayangkan jika mendadak sentral teknologi informasi yang
mengoperasikan seluruh ATM sebuah bank tidak berfungsi. Berapa besar kerugian yang harus ditanggung
bank tersebut selama teknologi informasi tersebut dalam perbaikan?
ORIENTASI DARI PENGEMBANGAN APLIKASI
Pemilihan akan prioritas sistem mana yang terlebih dahulu harus dibangun di perusahaan menjadi salah
satu isu hangat di kalangan manajemen. Hal ini sangat wajar mengingat hampir setiap divisi atau
departemen menginginkan sebuah aplikasi tertentu yang dapat membantu meningkatkan kinerja mereka
dari hari ke hari. Pada era data processing terlihat, bahwa perusahaan cenderung untuk mengembangkan
aplikasi-aplikasi (software) yang berhubungan dengan kegiatan operasional sehari-hari (taktis). Hal ini
cukup wajar, terutama jika dihunungkan dengan kecenderungan manajemen untuk mempergunakan
komputer sebagai pemacu efisiensi. Pada era ini, terlihat bahwa aplikasi-aplikasi back-office seperti untuk
keperluan administrasi dan keuangan sangat mendominasi. Sementara di era teknologi informasi,
pengembangan aplikasi lebih ditekankan untuk mendukung hal-hal yang jauh lebih strategis, seperti
misalnya:

􀂄 Intranet dibangun untuk membantu para manajer yang tersebar lokasinya secara
geografis dalam melakukan proses koordinasi, kolaborasi, dan komunikasi;
􀂄 Workgroup Computing dikembangkan untuk menunjang manajemen dalam
melakukan tugas-tugasnya sehari-hari dalam format task force atau teamwork secara
efektif dan efisien;
􀂄 Ekstranet dibangun untuk menghubungkan manajemen puncak perusahaan dengan
para rekanan bisnisnya (supplier, vendors, consultants, dan lain sebagainya) dan para
pelanggan (valuable customers);
􀂄 Sistem Informasi Eksekutif dibuat agar para manajemen puncak dapat melihat
kinerja perusahaan secara keseluruhan untuk menganalisa apakah telah terjadi
peningkatan atau tidak (company growth), misalnya dengan cara menyediakan

Informasi sehubungan dengan: portfolio management, forecasting, future trend, key
performance measurements, dan lain sebagainya; dan
􀂄 Sistem Penunjang Pengambilan Keputusan (Decision Support System) yang khusus
dikembangkan untuk melengkapi perlengkapan penunjang bagi para decision
makers, terutama untuk melakukan hal-hal seperti: what-if simulation, resources
controlling, dan lain sebagainya.
Jika pada era data processing yang lebih ditekankan adalah penerapan komputer sebagai alat bantu
operasional taktis, pada era teknologi informasi, komputer dipergunakan secara strategis oleh manajemen
puncak untuk mengontrol dan menganalisa kinerja perusahaan (pertumbuhan), disamping untuk
mengembangkan bisnis melalui jaringan kerja yang efektif.

HUBUNGAN DENGAN FAKTOR EKONOMI
Hukum ekonomi klasik mengatakan bahwa segala aktivitas yang ada di dalam perusahaan, harus
mempertimbangan prinsip-prinsip dasar ekonomi, yaitu: mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya
dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Prinsip yang sama dapat diterapkan pada lingkungan mikro
perusahaan. Terlihat bahwa pada era data processing, keberadaan komputer dianggap sebagai sebuah hal
yang wajar, seperti halnya ketika pertama kali kalkulator diperkenalkan dalam dunia industri. Sebagai
sebuah benda “fisik”, komputer dapat dianggap sebagai sebuah entiti ekonomi yang serupa dengan bendabenda
lainnya, sehingga secara prinsip memiliki nilai ekonomis tertentu (nilai pembelian, nilai penggunaan,
biaya pemeliharaan, depresiasi, dan lain sebagainya). Pada era teknologi informasi, terjadi perbedaan sikap
dari industri terhadap keberadaan teknologi komputer. Yang menjadi nilai ekonomis (economic value) dari
teknologi ini bukanlah komputer dan komponen-komponennya secara fisik, melainkan penekanan pada
informasi yang dibawa dan diolahnya. Prinsip dasar yang dipergunakan adalah “the economic value of
information” yang sebenarnya telah cukup banyak dikembangkan oleh para pakar riset operasional maupun
manajemen sains bertahun-tahun yang lalu (teknik optimalisasi). Sehingga terhadap perkembangan
teknologi informasi yang ada, penekanan nilai ekonomis tidak terletak pada “teknologi”-nya, melainkan
pada fungsi atau hakekat atau peranan “informasi” bagi sebuah perusahaan.

DAMPAK SOSIAL
Di dalam perusahaan, para pengguna komputer atau yang biasa disebut users merupakan komponen
organisasi yang selain menjadi tulang punggung tercapainya efisiensi dan efektivitas perusahaan, juga
menjadi entiti yang paling terpengaruh dengan kehadiran komputer. Dalam era data processing, sumber
daya manusia yang terlibat dengan implementasi komputer lebih kepada para karyawan yang berada di
bawah Divisi EDP (Electronic Data Processing) atau sejenisnya. Divisi yang biasanya berada di bawah
Direktorat Keuangan ini biasanya mempekerjakan para praktisi komputer seperti programmer dan system
analists. Tugas mereka adalah mengoperasikan komputer-komputer besar (seperti main frame dan mini
computer) yang ada di divisinya untuk melakukan proses-proses yang diperlukan bagian-bagian lain dalam
organisasi, seperti personalia, operasi, akuntansi, pemasaran, penjualan, dan lain sebagainya. Karena hanya
para karyawan di bawah Divisi EDP saja yang terlibat secara langsung terhadap pemakaian komputer,
maka dampak sosial yang terjadi hanya terbatas pada mereka saja. Pada era teknologi informasi, terjadi
pergeseran manajemen sistem informasi, dimana para users di berbagai bagian organisasi sudah dapat
menjalankan sebagian fungsi tradisional EDP di desktop komputer-nya masing-masing. Contohnya adalah
perhitungan data dengan mempergunakan program spreadsheet (seperti Lotus 123 dan Microsoft Excel),
pengolahan data dengan mempergunakan aplikasi database (seperti Microsoft Access, Foxpro, dan
Clipper), pembuatan dan analisa grafik (seperti Harvard Graphics, Statistica, dan SPSS), dan lain
sebagainya. Tugas-tugas pengolahan data yang dulu harus dan hanya dapat diproses oleh Divisi EDP,
secara perlahan-lahan telah “diambil alih” oleh masing-masing fungsi organisasi sesuai dengan
kapasistasnya masing-masing. Divisi EDP yang telah bermetamorfosa menjadi Divisi Teknologi Informasi
lebih berfungsi sebagai pendukung agar seluruh bagian dalam organisasi mendapatkan infrastruktur
teknologi informasi yang bekerja dengan baik disamping memberikan support dan services kepada para
pengguna perangkat komputer. Dampak sosial implementasi teknologi informasi tentu saja menjadi
semakin meluas, karena secara langsung telah mengubah setiap user dalam melakukan pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari (“change the way people work…”). Hal yang perlu diperhatikan adalah selain kontrol
terhadap penggunaan teknologi informasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (seperti pencurian
data, pengubahan data, kesalahan pengolahan data, dan lain sebagainya), adalah peningkatan keahlian dan
kompetensi sumber daya manusia agar penggunaan komputer dapat benar-benar meningkatkan
pengetahuan dan kinerja mereka sehari-hari (empowerment).

POLA PIKIR PRAKTISI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Teori mengenai implementasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) pada era data processing lebih
difokuskan pada bagaimana memproduksi laporan-laporan manajemen yang sesuai dengan piramida
organisasi: top management, middle management, dan low management. Dalam format ini, manajemen
lebih dilihat sebagai kumpulan orang-orang di organisasi yang berperan sebagai pengambil keputusan
strategis. Sehubungan dengan adanya struktur pelaporan secara hirarkis ini, maka teknik pengolahan data
yang sering dipergunakan adalah teknik meringkas data (summary), filterisasi, dan kategorisasi. Pada
paradigma baru di era teknologi informasi, penekanan kata manajemen pada MIS lebih dilihat sebagai
sebuah proses perencanaan, implementasi, dan kontrol dari sebuah organisasi. MIS memiliki fungsi sebagai
“partner” bagi seluruh sumber daya manusia yang memiliki peranan strategis karena output dari MIS
adalah informasi yang mereka butuhkan sehari-hari. Sehingga tidak jarang bahwa pengembangan MIS
lebih ditekankan pada terciptanya suatu manajemen informasi yang handal sebagai penunjang perusahaan
dalam aktivitas bisnis sehari-hari.

PERTIMBANGAN PARA STAKEHOLDERS
Stakehorlders dapat didefinisikan sebagai semua orang, baik di dalam lingkungan internal organisasi
maupun di dalam lingkungan luar (eksternal), yang secara langsung maupun tidak langsung terpengaruh
terhadap manajemen sistem informasi yang diimplementasikan sebuah perusahaan. Seperti halnya pada
dampak sosial, pada era data processing, yang dikatakan sebagai para “computer literate” hanyalah para
sumber daya manusia dalam lingkungan Divisi EDP, sementara dalam era teknologi informasi, hampir
semua karyawan dalam organisasi dan beberapa di luar organisasi sebagai “consumer” informasi. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya, minimum para manajer hampir di semua fungsi organisasi membutuhkan data
yang relevan, cepat, dan akurat untuk membantu mereka dalam proses analisa dan pengambilan keputusan.
Di samping manajer, tidak jarang pula para karyawan di front office yang berhadapan langsung dengan
para pelanngan membutuhkan komputer dalam menunjang kegiatan transaksi sehari-hari. Contoh dari
lingkungan luar adalah para komisaris yang selalu ingin mendapatkan data mengenai perusahaannya secara
cepat dan akurat, kapan dan dimana saja mereka berada. Hal ini perlu dilakukan karena begitu ketatnya
persaingan dan perubahan dinamis pada ekonomi mikro dan makro. Belum terhitung lagi bagi perusahaan
milik publik dan pemerintah yang dituntut harus transparan dalam melaporkan hasil-hasil usaha dan
kinerjanya.

RUANG LINGKUP TEKNOLOGI
Hal lain yang dapat dipelajari adalah perbedaan dalam latar belakang ilmu yang dipergunakan dalam
pemanfaatan komputer dalam perusahaan. Aspek ini perlu dikemukakan mengingat akan sangat
mempengaruhi perusahaan dalam menyusun strategi rekrutmen dan pelatihan sumber daya manusia. Pada
era data processing, keahlian dan kompetensi karyawan yang dibutuhkan berakar pada ilmu komputer
(computing), dimana teknik-teknik pengolahan data menjadi informasi melalui proses-proses tertentu
(aplikasi atau program) merupakan inti dari ilmu tersebut. Pada era itu paling tidak ada tiga kategori
praktisi komputer yang dikenal, yaitu data entry, programmer, dan system analysts. Pada era teknologi
informasi, terbukti bahwa ilmu pengolahan data tersebut telah dipergunakan di hampir seluruh fungsi
organisasi sehingga selain dibutuhkan orang-orang yang mengerti mengenai teknologi informasi,
diperlukan pula mereka yang memiliki pengetahuan di bidang sistem informasi, manajemen sistem
informasi, di samping ahli-ahli lainnya seperti keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, penjualan,
logistik, dan lain sebagainya. Contohnya adalah sebuah Sistem Informasi Logistik yang paling tidak selain
membutuhkan orang-orang teknologi informasi, dibutuhkan pula pakar-pakar di bidang sistem inventori
dan riset operasional. Dengan kata lain, dalam penerapan teknologi informasi, dibutuhkan pendekatan multi
disiplin untuk menjamin keefektivannya. Tentu saja titik maksimumnya akan dicapai jika seluruh karyawan
perusahaan menjadi orang-orang yang “computer literate” seperti halnya di negara-negara maju.l

POLA KERJA MANAJEMEN
Aspek terakhir yang perlu dipelajari adalah pola kerja manajemen sehubungan dengan pengembangan
sistem komputer di perusahaan. Pada era electronic data processing, teknik pendelegasian kerja sudah
cukup memadai sesuai dengan struktur organisasi yang hirarkis dan kenyataan bahwa hanya sedikit
karyawan yang memahami komputer. Sementara pada era teknologi informasi, faktor kepemimpinan
(leadership) menjadi kunci utama, karena selain adanya pendekatan pembagian tugas organisasi secara
matriks, sering kali pemanfaatan teknologi informasi yang salah mengakibatkan terjadinya fenomena
kontra produktif (contoh popular adalah banyaknya karyawan yang menghabiskan waktu untuk browsing di
internet karena mereka semua mendapatkan akses secara langsung ke dunia virtual tersebut). Dari
pemimpin yang baik diharapkan terjadinya proses sosialisasi mengenai pentingnya informasi bagi
perusahaan kepada segenap manajemen dan staf perusahaan sehingga mereka dapat mengerti fungsi
strategis utilisasi teknologi informasi bagi mereka pada khususnya, dan perusahaan pada umumnya.

Kesimpulan
Teknologi sangat berperan penting dalam perkembangan negara, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menguasai teknologi dan penghasil teknologi.
sebagai penerus bangsa kita sudah seharusnya untuk dapat mengusai dan menghasilkan praktekkan teknologi yang telah ada, agar kita dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.

referensi by Richardus Eko Indrajit

0 komentar

FireWall atau dinding api adalah suatu sistem perangkat lunak yang mengizinkan lalu lintas jaringan yang dianggap aman untuk bisa melaluinya dan mencegah lalu lintas jaringan yang dianggap tidak aman. Umumnya, sebuah tembok-api diterapkan dalam sebuah mesin terdedikasi, yang berjalan pada pintu gerbang (gateway) antara jaringan lokal dengan jaringan Internet.

Tembok-api digunakan untuk membatasi atau mengontrol akses terhadap siapa saja yang memiliki akses terhadap jaringan pribadi dari pihak luar. Saat ini, istilah firewall menjadi istilah lazim yang merujuk pada sistem yang mengatur komunikasi antar dua macam jaringan yang berbeda. Mengingat saat ini banyak perusahaan yang memiliki akses ke Internet dan juga tentu saja jaringan berbadan hukum di dalamnya, maka perlindungan terhadap perangkat digital perusahaan tersebut dari serangan para peretas, pemata-mata, ataupun pencuri data lainnya, menjadi kenyataan.

Jenis-jenis Firewall

Firewall terbagi menjadi dua jenis, yakni sebagai berikut Personal Firewall: Personal Firewall didesain untuk melindungi sebuah komputer yang terhubung ke jaringan dari akses yang tidak dikehendaki. Firewall jenis ini akhir-akhir ini berevolusi menjadi sebuah kumpulan program yang bertujuan untuk mengamankan komputer secara total, dengan ditambahkannya beberapa fitur pengaman tambahan semacamperangkat proteksi terhadap virus, anti-spyware, anti-spam, dan lainnya. Bahkan beberapa produk firewall lainnya dilengkapi dengan fungsi pendeteksian gangguan keamanan jaringan (Intrusion Detection System). Contoh dari firewall jenis ini adalah Microsoft Windows Firewall (yang telah terintegrasi dalam sistem operasi Windows XP Service Pack 2,Windows Vista dan Windows Server 2003 Service Pack 1), Symantec Norton Personal Firewall, Kerio Personal Firewall, dan lain-lain. Personal Firewall secara umum hanya memiliki dua fitur utama, yakni Packet Filter Firewall dan Stateful Firewall.

Network Firewall: Network Firewall didesain untuk melindungi jaringan secara keseluruhan dari berbagai serangan. Umumnya dijumpai dalam dua bentuk, yakni sebuah perangkat terdedikasi atau sebagai sebuah perangkat lunak yang diinstalasikan dalam sebuah server. Contoh dari firewall ini adalah Microsoft Internet Security and Acceleration Server (ISA Server), Cisco PIX, Cisco ASA, IPTables dalam sistem operasi GNU/Linux, pf dalam keluarga sistem operasi Unix BSD, serta SunScreen dari Sun Microsystems, Inc. yang dibundel dalamsistem operasi Solaris. Network Firewall secara umum memiliki beberapa fitur utama, yakni apa yang dimiliki oleh personal firewall (packet filter firewall dan stateful firewall), Circuit Level Gateway, Application Level Gateway, dan juga NAT Firewall. Network Firewall umumnya bersifat transparan (tidak terlihat) dari pengguna dan menggunakan teknologi routing untuk menentukan paket mana yang diizinkan, dan mana paket yang akan ditolak.


Fungsi Firewall

Secara mendasar, firewall dapat melakukan hal-hal berikut:

· Mengatur dan mengontrol lalu lintas jaringan

· Melakukan autentikasi terhadap akses

· Melindungi sumber daya dalam jaringan privat

· Mencatat semua kejadian, dan melaporkan kepada administrator


Mengatur dan Mengontrol Lalu lintas jaringan[sunting | sunting sumber]

Fungsi pertama yang dapat dilakukan oleh firewall adalah firewall harus dapat mengatur dan mengontrol lalu lintas jaringan yang diizinkan untuk mengakses jaringan privat atau komputer yang dilindungi oleh firewall. Firewall melakukan hal yang demikian, dengan melakukan inspeksi terhadap paket-paket dan memantau koneksi yang sedang dibuat, lalu melakukan penapisan (filtering) terhadap koneksi berdasarkan hasil inspeksi paket dan koneksi tersebut.

Proses inspeksi Paket[sunting | sunting sumber]

Inspeksi paket ('packet inspection) merupakan proses yang dilakukan oleh firewall untuk 'menghadang' dan memproses data dalam sebuah paket untuk menentukan bahwa paket tersebut diizinkan atau ditolak, berdasarkan kebijakan akses (access policy) yang diterapkan oleh seorang administrator. Firewall, sebelum menentukan keputusan apakah hendak menolak atau menerima komunikasi dari luar, ia harus melakukan inspeksi terhadap setiap paket (baik yang masuk ataupun yang keluar) di setiap antarmuka dan membandingkannya dengan daftar kebijakan akses. Inspeksi paket dapat dilakukan dengan melihat elemen-elemen berikut, ketika menentukan apakah hendak menolak atau menerima komunikasi:

· Alamat IP dari komputer sumber

· Port sumber pada komputer sumber

· Alamat IP dari komputer tujuan

· Port tujuan data pada komputer tujuan

· Protokol IP

· Informasi header-header yang disimpan dalam paket




Koneksi dan Keadaan Koneksi

Agar dua host TCP/IP dapat saling berkomunikasi, mereka harus saling membuat koneksi antara satu dengan lainnya. Koneksi ini memiliki dua tujuan:

1. Komputer dapat menggunakan koneksi tersebut untuk mengidentifikasikan dirinya kepada komputer lain, yang meyakinkan bahwa sistem lain yang tidak membuat koneksi tidak dapat mengirimkan data ke komputer tersebut. Firewall juga dapat menggunakan informasi koneksi untuk menentukan koneksi apa yang diizinkan oleh kebijakan akses dan menggunakannya untuk menentukan apakah paket data tersebut akan diterima atau ditolak.

2. Koneksi digunakan untuk menentukan bagaimana cara dua host tersebut akan berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya (apakah dengan menggunakan koneksi connection-oriented, atau connectionless).




Kedua tujuan tersebut dapat digunakan untuk menentukan keadaan koneksi antara dua host tersebut, seperti halnya cara manusia bercakap-cakap. Jika Amir bertanya kepada Aminah mengenai sesuatu, maka Aminah akan meresponsnya dengan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh Amir; Pada saat Amir melontarkan pertanyaannya kepada Aminah, keadaan percakapan tersebut adalah Amir menunggu respons dari Aminah. Komunikasi di jaringan juga mengikuti cara yang sama untuk memantau keadaan percakapan komunikasi yang terjadi.

Firewall dapat memantau informasi keadaan koneksi untuk menentukan apakah ia hendak mengizinkan lalu lintas jaringan. Umumnya hal ini dilakukan dengan memelihara sebuah tabel keadaan koneksi (dalam istilah firewall: state table) yang memantau keadaan semua komunikasi yang melewati firewall. Dengan memantau keadaan koneksi ini, firewall dapat menentukan apakah data yang melewati firewall sedang "ditunggu" oleh host yang dituju, dan jika ya, aka mengizinkannya. Jika data yang melewati firewall tidak cocok dengan keadaan koneksi yang didefinisikan oleh tabel keadaan koneksi, maka data tersebut akan ditolak. Hal ini umumnya disebut sebagai Stateful Inspection.




Stateful Packet Inspection




Ketika sebuah firewall menggabungkan stateful inspection dengan packet inspection, maka firewall tersebut dinamakan dengan Stateful Packet Inspection (SPI). SPI merupakan proses inspeksi paket yang tidak dilakukan dengan menggunakan struktur paket dan data yang terkandung dalam paket, tapi juga pada keadaan apa host-host yang saling berkomunikasi tersebut berada. SPI mengizinkan firewall untuk melakukan penapisan tidak hanya berdasarkan isi paket tersebut, tapi juga berdasarkan koneksi atau keadaan koneksi, sehingga dapat mengakibatkan firewall memiliki kemampuan yang lebih fleksibel, mudah diatur, dan memiliki skalabilitas dalam hal penapisan yang tinggi.

Salah satu keunggulan dari SPI dibandingkan dengan inspeksi paket biasa adalah bahwa ketika sebuah koneksi telah dikenali dan diizinkan (tentu saja setelah dilakukan inspeksi), umumnya sebuah kebijakan (policy) tidak dibutuhkan untuk mengizinkan komunikasi balasan karena firewall tahu respons apa yang diharapkan akan diterima. Hal ini memungkinkan inspeksi terhadap data dan perintah yang terkandung dalam sebuah paket data untuk menentukan apakah sebuah koneksi diizinkan atau tidak, lalu firewall akan secara otomatis memantau keadaan percakapan dan secara dinamis mengizinkan lalu lintas yang sesuai dengan keadaan. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan firewall dengan inspeksi paket biasa. Apalagi, proses ini diselesaikan tanpa adanya kebutuhan untuk mendefinisikan sebuah kebijakan untuk mengizinkan respons dan komunikasi selanjutnya. Kebanyakan firewall modern telah mendukung fungsi ini.

Melakukan autentikasi terhadap akses

Fungsi fundamental firewall yang kedua adalah firewall dapat melakukan autentikasi terhadap akses.

Protokol TCP/IP dibangun dengan premis bahwa protokol tersebut mendukung komunikasi yang terbuka. Jika dua host saling mengetahui alamat IP satu sama lainnya, maka mereka diizinkan untuk saling berkomunikasi. Pada awal-awal perkembangan Internet, hal ini boleh dianggap sebagai suatu berkah. Tapi saat ini, di saat semakin banyak yang terhubung ke Internet, mungkin kita tidak mau siapa saja yang dapat berkomunikasi dengan sistem yang kita miliki. Karenanya, firewall dilengkapi dengan fungsi autentikasi dengan menggunakan beberapa mekanisme autentikasi, sebagai berikut:

· Firewall dapat meminta input dari pengguna mengenai nama pengguna (user name) serta kata kunci (password). Metode ini sering disebut sebagai extended authentication atau xauth. Menggunakan xauth pengguna yang mencoba untuk membuat sebuah koneksi akan diminta input mengenai nama dan kata kuncinya sebelum akhirnya diizinkan oleh firewall. Umumnya, setelah koneksi diizinkan oleh kebijakan keamanan dalam firewall, firewall pun tidak perlu lagi mengisikan input password dan namanya, kecuali jika koneksi terputus dan pengguna mencoba menghubungkan dirinya kembali.

· Metode kedua adalah dengan menggunakan sertifikat digital dan kunci publik. Keunggulan metode ini dibandingkan dengan metode pertama adalah proses autentikasi dapat terjadi tanpa intervensi pengguna. Selain itu, metode ini lebih cepat dalam rangka melakukan proses autentikasi. Meskipun demikian, metode ini lebih rumit implementasinya karena membutuhkan banyak komponen seperti halnya implementasi infrastruktur kunci publik.

· Metode selanjutnya adalah dengan menggunakan Pre-Shared Key (PSK) atau kunci yang telah diberitahu kepada pengguna. Jika dibandingkan dengan sertifikat digital, PSK lebih mudah diimplenentasikan karena lebih sederhana, tetapi PSK juga mengizinkan proses autentikasi terjadi tanpa intervensi pengguna. Dengan menggunakan PSK, setiap host akan diberikan sebuah kunci yang telah ditentukan sebelumnya yang kemudian digunakan untuk proses autentikasi. Kelemahan metode ini adalah kunci PSK jarang sekali diperbarui dan banyak organisasi sering sekali menggunakan kunci yang sama untuk melakukan koneksi terhadap host-host yang berada pada jarak jauh, sehingga hal ini sama saja meruntuhkan proses autentikasi. Agar tercapai sebuah derajat keamanan yang tinggi, umumnya beberapa organisasi juga menggunakan gabungan antara metode PSK dengan xauth atau PSK dengan sertifikat digital.

Dengan mengimplementasikan proses autentikasi, firewall dapat menjamin bahwa koneksi dapat diizinkan atau tidak. Meskipun jika paket telah diizinkan dengan menggunakan inspeksi paket (PI) atau berdasarkan keadaan koneksi (SPI), jika host tersebut tidak lolos proses autentikasi, paket tersebut akan dibuang.


Melindungi sumber daya dalam jaringan privat




Salah satu tugas firewall adalah melindungi sumber daya dari ancaman yang mungkin datang. Proteksi ini dapat diperoleh dengan menggunakan beberapa pengaturan peraturan akses (access control), penggunaan SPI, application proxy, atau kombinasi dari semuanya untuk mengamankan host yang dilindungi supaya tidak dapat diakses oleh host-host yang mencurigakan atau dari lalu lintas jaringan yang mencurigakan. Meskipun demikian, firewall bukan satu-satunya metode proteksi teraman terhadap sumber daya, dan mempercayakan proteksi firewall dari ancaman secara eksklusif adalah salah satu kesalahan fatal.

Jika sebuah host yang menjalankan sistem operasi tertentu yang memiliki lubang keamanan yang belum ditambal dikoneksikan ke Internet, firewall mungkin tidak dapat mencegah dieksploitasinya host tersebut oleh host-host lainnya, khususnya jika exploit tersebut menggunakan lalu lintas yang oleh firewall telah diizinkan (dalam konfigurasinya). Sebagai contoh, jika sebuah packet-inspection firewall mengizinkan lalu lintas HTTP ke sebuah web server yang menjalankan sebuah layanan web yang memiliki lubang keamanan yang belum ditambal, maka seorang pengguna yang "iseng" dapat saja membuat exploit untuk meruntuhkan web server tersebut karena memang web server yang bersangkutan memiliki lubang keamanan yang belum ditambal.

Dalam contoh ini, web server tersebut akhirnya mengakibatkan proteksi yang ditawarkan oleh firewall menjadi tidak berguna. Hal ini disebabkan oleh firewall tidak dapat membedakan antara request HTTP yang mencurigakan atau tidak. Apalagi, jika firewall yang digunakan bukan application proxy. Oleh karena itulah, sumber daya yang dilindungi haruslah dipelihara dengan melakukan penambalan terhadap lubang-lubang keamanan, selain tentunya dilindungi oleh firewall.


Cara Kerja Firewall[sunting | sunting sumber]

Firewall berada di antara kedua jaringan seperti internet dan komputer sehingga firewall berfungsi sebagai pelindung. Tujuan utama adanya firewall adalah untuk user yang tidak menginginkan lalu lintas jaringan yang berusaha masuk ke komputer, namun tidak hanya itu saja yang bisa dilakukan firewall. Firewall juga dapat menganalisis jaringan yang mencoba masuk ke komputer anda, dan dapat melakukan apa yang harus dilakukan ketika jaringan tersebut masuk. Contohnya saja, firewall bisa diatur untuk memblokir beberapa jenis jaringan yang mencoba keluar atau mencatat log lalu lintas jaringan yang mencurigakan.

Firewall bisa memiliki berbagai aturan yang dapat anda tambahkan atau hapus untuk menolak jaringan tertentu. Contohnya saja, hanya dapat mengakses alamat IP tertentu atau mengumpulkan semua akses dari tempat lain untuk ke satu tempat yang aman terlebih dahulu


Packet-Filter Firewall[sunting | sunting sumber]





Contoh pengaturan akses (access control) yang diterapkan dalam firewall

Pada bentuknya yang paling sederhana, sebuah firewall adalah sebuah router atau komputer yang dilengkapi dengan dua buah NIC (Network Interface Card, kartu antarmuka jaringan) yang mampu melakukan penapisan atau penyaringan terhadap paket-paket yang masuk. Perangkat jenis ini umumnya disebut dengan packet-filtering router.

Firewall jenis ini bekerja dengan cara membandingkan alamat sumber dari paket-paket tersebut dengan kebijakan pengontrolan akses yang terdaftar dalam Access Control List firewall, router tersebut akan mencoba memutuskan apakah hendak meneruskan paket yang masuk tersebut ke tujuannya atau menghentikannya. Pada bentuk yang lebih sederhana lagi, firewall hanya melakukan pengujian terhadap alamat IP atau nama domain yang menjadi sumber paket dan akan menentukan apakah hendak meneruskan atau menolak paket tersebut. Meskipun demikian, packet-filtering router tidak dapat digunakan untuk memberikan akses (atau menolaknya) dengan menggunakan basis hak-hak yang dimiliki oleh pengguna.





Cara kerja packet filter firewall

Packet-filtering router juga dapat dikonfigurasikan agar menghentikan beberapa jenis lalu lintas jaringan dan tentu saja mengizinkannya. Umumnya, hal ini dilakukan dengan mengaktifkan/menonaktifkan port TCP/IP dalam sistem firewall tersebut. Sebagai contoh, port 25 yang digunakan oleh Protokol SMTP (Simple Mail Transfer Protocol) umumnya dibiarkan terbuka oleh beberapa firewall untuk mengizinkan surat elektronik dari Internet masuk ke dalam jaringan privat, sementara port lainnya seperti port 23 yang digunakan oleh Protokol Telnet dapat dinonaktifkan untuk mencegah pengguna Internet untuk mengakses layanan yang terdapat dalam jaringan privat tersebut. Firewall juga dapat memberikan semacam pengecualian (exception) agar beberapa aplikasi dapat melewati firewall tersebut. Dengan menggunakan pendekatan ini, keamanan akan lebih kuat tapi memiliki kelemahan yang signifikan yakni kerumitan konfigurasi terhadap firewall: daftar Access Control List firewall akan membesar seiring dengan banyaknya alamat IP, nama domain, atau port yang dimasukkan ke dalamnya, selain tentunya juga exception yang diberlakukan.


Circuit Level Gateway[sunting | sunting sumber]





Cara kerja circuit level firewall

Firewall jenis lainnya adalah Circuit-Level Gateway, yang umumnya berupa komponen dalam sebuah proxy server. Firewall jenis ini beroperasi pada level yang lebih tinggi dalam model referensi tujuh lapis OSI (bekerja pada lapisan sesi/session layer) daripada Packet Filter Firewall. Modifikasi ini membuat firewall jenis ini berguna dalam rangka menyembunyikan informasi mengenai jaringan terproteksi, meskipun firewall ini tidak melakukan penyaringan terhadap paket-paket individual yang mengalir dalam koneksi.

Dengan menggunakan firewall jenis ini, koneksi yang terjadi antara pengguna dan jaringan pun disembunyikan dari pengguna. Pengguna akan dihadapkan secara langsung dengan firewall pada saat proses pembuatan koneksi dan firewall pun akan membentuk koneksi dengan sumber daya jaringan yang hendak diakses oleh pengguna setelah mengubah alamat IP dari paket yang ditransmisikan oleh dua belah pihak. Hal ini mengakibatkan terjadinya sebuah sirkuit virtual (virtual circuit) antara pengguna dan sumber daya jaringan yang ia akses.

Firewall ini dianggap lebih aman dibandingkan dengan Packet-Filtering Firewall, karena pengguna eksternal tidak dapat melihat alamat IP jaringan internal dalam paket-paket yang ia terima, melainkan alamat IP dari firewall.


Application Level Firewall



Firewall jenis lainnya adalah Application Level Gateway (atau Application-Level Firewall atau sering juga disebut sebagai Proxy Firewall), yang umumnya juga merupakan komponen dari sebuah proxy server. Firewall ini tidak mengizinkan paket yang datang untuk melewati firewall secara langsung. Tetapi, aplikasi proxy yang berjalan dalam komputer yang menjalankan firewall akan meneruskan permintaan tersebut kepada layanan yang tersedia dalam jaringan privat dan kemudian meneruskan respons dari permintaan tersebut kepada komputer yang membuat permintaan pertama kali yang terletak dalam jaringan publik yang tidak aman.

Umumnya, firewall jenis ini akan melakukan autentikasi terlebih dahulu terhadap pengguna sebelum mengizinkan pengguna tersebut untuk mengakses jaringan. Selain itu, firewall ini juga mengimplementasikan mekanisme auditing dan pencatatan (logging) sebagai bagian dari kebijakan keamanan yang diterapkannya. Application Level Firewall juga umumnya mengharuskan beberapa konfigurasi yang diberlakukan pada pengguna untuk mengizinkan mesin klien agar dapat berfungsi. Sebagai contoh, jika sebuah proxy FTP dikonfigurasikan di atas sebuah application layer gateway, proxy tersebut dapat dikonfigurasikan untuk mengizinlan beberapa perintah FTP, dan menolak beberapa perintah lainnya. Jenis ini paling sering diimplementasikan pada proxy SMTP sehingga mereka dapat menerima surat elektronik dari luar (tanpa menampakkan alamat e-mail internal), lalu meneruskan e-mail tersebut kepada e-mail server dalam jaringan. Tetapi, karena adanya pemrosesan yang lebih rumit, firewall jenis ini mengharuskan komputer yang dikonfigurasikan sebagai application gateway memiliki spesifikasi yang tinggi, dan tentu saja jauh lebih lambat dibandingkan dengan packet-filter firewall.


NAT Firewall[sunting | sunting sumber]

NAT (Network Address Translation) Firewall secara otomatis menyediakan proteksi terhadap sistem yang berada di balik firewall karena NAT Firewall hanya mengizinkan koneksi yang datang dari komputer-komputer yang berada di balik firewall. Tujuan dari NAT adalah untuk melakukan multiplexing terhadap lalu lintas dari jaringan internal untuk kemudian menyampaikannya kepada jaringan yang lebih luas (MAN, WAN atau Internet) seolah-olah paket tersebut datang dari sebuah alamat IP atau beberapa alamat IP. NAT Firewall membuat tabel dalam memori yang mengandung informasi mengenai koneksi yang dilihat oleh firewall. Tabel ini akan memetakan alamat jaringan internal ke alamat eksternal. Kemampuan untuk menaruh keseluruhan jaringan di belakang sebuah alamat IP didasarkan terhadap pemetaan terhadap port-port dalam NAT firewall.





Stateful Firewall




Stateful Firewall merupakan sebuah firewall yang menggabungkan keunggulan yang ditawarkan oleh packet-filtering firewall, NAT Firewall, Circuit-Level Firewall dan Proxy Firewall dalam satu sistem. Stateful Firewall dapat melakukan filtering terhadap lalu lintas berdasarkan karakteristik paket, seperti halnya packet-filtering firewall, dan juga memiliki pengecekan terhadap sesi koneksi untuk meyakinkan bahwa sesi koneksi yang terbentuk tersebut diizinlan. Tidak seperti Proxy Firewall atau Circuit Level Firewall, Stateful Firewall umumnya didesain agar lebih transparan (seperti halnya packet-filtering firewall atau NAT firewall). Tetapi, stateful firewall juga mencakup beberapa aspek yang dimiliki oleh application level firewall, sebab ia juga melakukan inspeksi terhadap data yang datang dari lapisan aplikasi (application layer) dengan menggunakan layanan tertentu. Firewall ini hanya tersedia pada beberapa firewall kelas atas, semacam Cisco PIX. Karena menggabungkan keunggulan jenis-jenis firewall lainnya, stateful firewall menjadi lebih kompleks.


Virtual Firewall[sunting | sunting sumber]

Virtual Firewall adalah sebutan untuk beberapa firewall logis yang berada dalam sebuah perangkat fisik (komputer atau perangkat firewall lainnya). Pengaturan ini mengizinkan beberapa jaringan agar dapat diproteksi oleh sebuah firewall yang unik yang menjalankan kebijakan keamanan yang juga unik, cukup dengan menggunakan satu buah perangkat. Dengan menggunakan firewall jenis ini, sebuah ISP (Internet Service Provider) dapat menyediakan layanan firewall kepada para pelanggannya, sehingga mengamankan lalu lintas jaringan mereka, hanya dengan menggunakan satu buah perangkat. Hal ini jelas merupakan penghematan biaya yang signifikan, meski firewall jenis ini hanya tersedia pada firewall kelas atas, seperti Cisco PIX 535.


Transparent Firewall[sunting | sunting sumber]

Transparent Firewall (juga dikenal sebagai bridging firewall) bukanlah sebuah firewall yang murni, tetapi ia hanya berupa turunan dari stateful Firewall. Daripada firewall-firewall lainnya yang beroperasi pada lapisan IP ke atas, transparent firewall bekerja pada lapisan Data-Link Layer, dan kemudian ia memantau lapisan-lapisan yang ada di atasnya. Selain itu, transparent firewall juga dapat melakukan apa yang dapat dilakukan oleh packet-filtering firewall, seperti halnya stateful firewall dan tidak terlihat oleh pengguna (karena itulah, ia disebut sebagai Transparent Firewall).

Intinya, transparent firewall bekerja sebagai sebuah bridge yang bertugas untuk menyaring lalu lintas jaringan antara dua segmen jaringan. Dengan menggunakan transparent firewall, keamanan sebuah segmen jaringan pun dapat diperkuat, tanpa harus mengaplikasikan NAT Filter. Transparent Firewall menawarkan tiga buah keuntungan, yakni sebagai berikut:

· Konfigurasi yang mudah (bahkan beberapa produk mengklaim sebagai "Zero Configuration"). Hal ini memang karena transparent firewall dihubungkan secara langsung dengan jaringan yang hendak diproteksinya, dengan memodifikasi sedikit atau tanpa memodifikasi konfigurasi firewall tersebut. Karena ia bekerja pada data-link layer, pengubahan alamat IP pun tidak dibutuhkan. Firewall juga dapat dikonfigurasikan untuk melakukan segmentasi terhadap sebuah subnet jaringan antara jaringan yang memiliki keamanan yang rendah dan keamanan yang tinggi atau dapat juga untuk melindungi sebuah host, jika memang diperlukan.

· Kinerja yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh firewall yang berjalan dalam lapisan data-link lebih sederhana dibandingkan dengan firewall yang berjalan dalam lapisan yang lebih tinggi. Karena bekerja lebih sederhana, maka kebutuhan pemrosesan pun lebih kecil dibandingkan dengan firewall yang berjalan pada lapisan yang tinggi, dan akhirnya performa yang ditunjukannya pun lebih tinggi.

· Tidak terlihat oleh pengguna (stealth). Hal ini memang dikarenakan Transparent Firewall bekerja pada lapisan data-link, dan tidak membutuhkan alamat IP yang ditetapkan untuknya (kecuali untuk melakukan manajemen terhadapnya, jika memang jenisnya managed firewall). Karena itulah, transparent firewall tidak dapat terlihat oleh para penyerang. Karena tidak dapat diraih oleh penyerang (tidak memiliki alamat IP), penyerang pun tidak dapat menyerangnya.




Referensi dari Wikipedia

http://id.wikipedia.org/wiki/Tembok_api